Image by FlamingText.com
Image by FlamingText.com

Minggu, 29 Mei 2011

Intoleransi Laktosa

Rasanya enak ya jika pagi-pagi selain minum teh hangat, kita juga bisa ditemani dengan segelas susu. Tapi waktu aku coba meminum susu rasa vanila, anehnya kepalaku beberapa saat pusing, dan 1-2 jam kemudian ngerasa sakit perut gitu. Padahal aku tidak salah makan dan susu yang aku minum itu masih tidak expired. Dari situ aku ganti susu dengan rasa cokelat atau strawberry.

Beberapa hari kemudian aku coba lagi meminum susu rasa cokelat dingin. Segar sekali kedalam badanku. Tapi beberapa saat kemudian gejala pusing-pun datang lagi meskipun tidak separah sebelumnya. Aku makin bingung, kenapa ya ?

Kejadian itu terjadi sudah lama sekali. Dan sekarang aku tahu kenapa bias seperti itu setelah mengenal istilah “intoleransi laktosa”
Apa itu intoleransi laktosa ???

Intoleransi terhadap Laktosa (Lactose Intolerance) adalah kondisi di mana seseorang tidak mampu mencerna laktosa, yaitu bentuk gula yang berasal dari susu. Ketidakmampuan ini bisa disebabkan oleh kurangnya atau tidak mampunya tubuh memproduksi LAKTASE, yaitu salah satu enzim pencernaan yang diproduksi oleh sel-sel di usus kecil yang bertugas memecah gula susu menjadi bentuk yang lebih mudah untuk diserap ke dalam tubuh. Kondisi ini disebut juga Defisiensi Laktase (Lactase Deficiency).
Dalam kondisi normal, ketika laktosa mencapai system pencernaan, enzim lactase akan segera bekerja memecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Galaktosa sendiri oleh hati akan diubah menjadi glukosa, thus meningkatkan kadar gula dalam darah. Oleh karena itu, tidak meningkatnya kadar gula darah setelah minum susu bisa dianggap sebagai diagnosa adanya intoleransi laktosa.

Pada beberapa kasus, ada anak-anak yang terlahir tanpa kemampuan memproduksi enzim lactase. Namun kondisi ini membaik secara alami seiring waktu sampai sekitar usia 2 tahun, tubuh mulai ‘belajar’ memproduksi lactase sedikit demi sedikit. Sehingga tidak heran jika pada usia dewasa, gejala-gejala intoleransi laktosa bisa berangsur-angsur hilang.
Produk-produk Mengandung Laktosa

Selain dari susu dan olahannya (seperti keju dan mentega), laktosa juga sering ditambahkan ke dalam berbagai produk jadi. Penderita intoleransi laktosa sebaiknya mengetahui produk-produk makanan apa saja yang mungkin mengandung laktosa, walaupun dalam jumlah yang sangat kecil. Beberapa produk yang mungkin mengandung laktosa antara lain: Roti, biscuit, kue kering, dan sejenisnya.

Pembeli yang cermat hendaknya memperhatikan label makanan yang dibeli dengan seksama, bukan hanya untuk kandungan ‘susu’ dan ‘laktosa’, tapi juga untuk kandungan turunan susu seperti ‘whey’, ‘curds’, ‘hasil sampingan susu’, ‘serbuk susu’, dan ‘serbuk susu nonfat’. Jika di dalam label tercantum kandungan-kandungan di atas, bisa dipastikan produk tersebut mengandung laktosa. Sebagai informasi tambahan, saat ini laktosa juga masih digunakan sebagai bahan pengisi obat.

Gejala Intoleransi Laktosa

Laktosa yang tidak tercerna akan menumpuk di usus besar dan terfermentasi, menyebabkan gangguan pada usus seperti nyeri perut, keram, kembung dan bergas, serta diare, sekitar setengah jam sampai dua jam setelah mengkonsumsi produk laktosa. Gejala-gejala ini kadang-kadang disalahartikan sebagai gangguan saluran pencernaan. Tingkat keparahan gejala-gejala tersebut bergantung pada seberapa banyak laktosa yang dapat ditoleransi oleh masing-masing tubuh. Gejala-gejala ini mirip dengan reaksi alergi susu, namun pada kasus alergi, gejala-gejala ini timbul lebih cepat, kadangkala hanya dalam hitungan menit.
Jika seseorang yang menderita defisiensi lactase tidak menghindari produk-produk yang mengandung laktosa, lama kelamaan orang tersebut dapat kehilangan berat badan dan menderita malnutrisi.

Yang Boleh dan Yang Tidak Boleh

Walaupun kondisi intoleransi laktosa tidak terbilang berbahaya bagi kesehatan, namun kondisi ini cukup mengganggu si penderita. Oleh karena itu, penderita intoleransi laktosa sebaiknya belajar memilah-milah makanan atau minuman mana saja yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi. Kurangi, atau jika intoleransi demikian parah, hindari konsumsi produk-produk mengandung laktosa. Jika tidak sanggup hidup tanpa susu, ada baiknya mengkonsumsi suplemen berisi enzim lactase tiap kali mengkonsumsi produk-produk beresiko, tentunya dengan pengawasan dokter. Bagi wanita usia lanjut yang beresiko osteoporosis, atau anak-anak yang berada dalam usia pertumbuhan yang terpaksa harus menghindari produk-produk mengandung susu, kebutuhan kalsium dapat dipenuhi dari banyak makan sayuran hijau, ikan, dan produk kaya kalsium yang bebas laktosa. Yang terpenting adalah berhati-hati dalam pemilihan pola makan, dan rekomendasi suplemen dari dokter adalah kunci dalam mengurangi gejala-gejala dan memberikan perlindungan kesehatan terhadap si penderita.

Waah… jelas sekali kan apa itu intoleransi laktosa. Dari informasi itu, aku mulai mengganti susu dengan dengan yoghurt. Yogurt mengandung protein tinggi. Zat gizi lain yang penting untuk tubuh juga terdapat dalam yogurt, sebut saja karbohidrat, kalori, lemak, kalsium, serta vitamin.
Dengan berbagai kandungan zat gizi tersebut, yogurt tak hanya menyehatkan pencernaan dan berdampak pada kesehatan kulit. Yogurt, jika dikonsumsi 400 miligram per hari, bisa membantu menambah asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh setiap harinya. Jika merasa belum terbiasa makan yogurt setiap hari, setidaknya mencoba mengonsumsi rutin tiga kali seminggu.

0 komentar:

Posting Komentar