Image by FlamingText.com
Image by FlamingText.com

Minggu, 08 Juli 2012

ISOLASI ENZIM


Enzim bromelin adalah enzim proteolitik yang ditemukan pada bagian batang dan buah nanas (Ananas comoscus). Enzim proteolitik adalah kelompok enzim yang menguraikan protein menjadi molekul yang lebih kecil. Kegunaan dari enzim bromelin adalah sebagai analgetik, mengurangi radang sendi, menyembuhkan luka bakar, meningkatkan fungsi paru-paru pada penderita infeksi saluran pernafasan. Untuk meningkatkan kelancaran pencernaan pada manusia, umumnya digunakan bromelin berdosis 500 mg dalam bentuk kapsul. Apabila bromelin dikonsumsi bersamaan dengan senyawa anti-koagulan maka resiko terjadinya pendarahan akan meningkat. Antikoagulan adalah zat yang mencegah penggumpalan darah dengan cara mengikat calcium atau dengan menghambat pembentukan thrombin untuk mengubah fibrinogen menjadi fibrin dalam proses pembekuan darah. Contohnya : heparin, oksalat, Trisodium citrate dihidrat, EDTA (ethylenediaminetetraacetic acid ).
Pada percobaan ini, enzim bromelin diambil pada bagian daging dan bonggol buah nanas


Enzim adalah satu atau beberapa gugus polipeptida yang berfungsi sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi dalam sel maupun luar sel. Contoh subunit enzim adalah protein. Protein merupakan  senyawa organic kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida.
Identifikasi adanya protein dapat dilakukan denggan uji biuret.dengan cara 3 mL larutan protein  diambil dari putih telur, ditambah 1 mL NaOH 10% dan dikocok. Ditambahkan 1-3 tetes larutan CuSO4 0.1%. Diamati timbulnya warna. Pada uji biuret , ion Cu2+ (yang dihasilkan dari Cu2SO4) dari pereaksi biuret dalam suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan pepttida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet.  


Pada bonggol dan daging nanas dilakukan filtrasi untuk mendapatkan filtrat-nya. Masing-masing filtrate ditambah dengan pereaksi biuret. Diamati timbulnya warna. Keduanya menghasilkan warna biru. menunjukkan adanya protein. kemudian di ukur serapan absorbansi dengan spekroskopi. 


Dari ketiga sampel, yaitu larutan standar protein, daging dan bonggol buah nanas maka menghasilkan kandungan protein. namun kandungan protein yang lebih tinggi itu ada pada buah nanas karena adanya pengaruh dari enzim bromelin. dan pada buah nanas yang memiliki kandungan protein tertinggi ada pada bagian bonggol. 
Jadi, buah nanas memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibanding putih telur loh..


Selasa, 07 Februari 2012

Mikroba Jadi Baterai Wahana Antarikasa Masa Depan

WASHINGTON, Wahana antariksa milik NASA yang bertugas ke Mars, Curiosity, adalah salah satu wahana antariksa paling modern dalam hal sistem pemasok dayanya. Curiosity memakai Radioisotope Thermoelectric Generator (RTG) yang memanfaatkan plutonium.

Sistem yang dipakai oleh Curiosity sudah merupakan kemajuan. Pemakaian energi surya saat ini kurang cocok dengan misi antariksa ke planet atau bulan yang jauh dari Matahari. Energi Matahari yang diterima akan terlalu sedikit untuk mengisi ulang tenaga wahana antariksa itu.
Meskipun demikian, RTG masih menyimpan kelemahan. RTG lebih cocok untuk wahana antariksa berukuran besar. Jika wahana dirancang dengan bobot mencapai 900 kg seperti Curiosity, tentu tak masalah. Tapi bagaimana jika hal itu diterapkan untuk wahana yang lebih kecil? Bagaimana caranya?
Ilmuwan menggagas apa yang dinamakan Microbial Fuel Cells (MFCs). Sistem ini menghasilkan jumlah energi yang lebih sedikit, tetapi berorientasi jangka panjang. Kelebihan lain adalah efisisen.
MFCs dapat dianalogikan seperti sebuah baterai hidup. Ya, baterai ini dipenuhi mikroba yang memakan gula dan menghasilkan energi. Karena bakteri ini memakan gula, bisa disebut juga sel bahan bakar manis.
Secara teori, MFCs mampu memproduksi energi dengan efisiensi lebih dari 50 persen, sementara RTG hanya 10 persen. Meskipun MFCs tidak dapat memberi cukup daya bagi gerak wahana antariksa besar, tetapi sistem ini bisa menjaga peralatan rendah daya tetap beroperasi.
MFCs akan sempurna bila dimanfaatkan untuk menggerakkan robot kecil yang sesekali melompat dari tempat satu ke tempat lain. Aplikasi lainnya juga mungkin dikembangkan di kemudian hari. MFCs rencananya akan dimanfaatkan untuk mendukung operasi Naval Research Lab, terutama pada sistem penggeraknya.

( Sains.kompas.com )

Rabu, 01 Februari 2012

Identifikasi Mikroba


                             

BAB V
PEMBAHASAN

            Pergerakan Bakteri
Reaksi identifikasi pertama yang dilakukan untuk bakteri adalah melihat gerakan (motilitas) bakteri tersebut. Koloni yang digunakan pada kelompok kami yaitu Nutrient Agar (NA)  no.1 dan Mannitol Salt Agar (MSA) no.4 berwarna kuning. Koloni ini kami dapatkan pada hasil percobaan sebelumnya yang telah diambil koloni yang terbaik.
Pertama, kami menyiapkan dua buah kaca objek steril. Kemudian kaca objek tersebut kami tambahkan tetesan air steril lalu mengoles kultur satu jenis koloni Mannitol Salt Agar (MSA) no.4. setelah ditutup dengan kaca penutup, kemudian kami mengamati pergerakan bakteri itu melalui mikroskop.
Hasilnya, bakteri Mannitol Salt Agar (MSA)  no.4 berupa titik-titik kecil yang bergerak ke atas ke bawah secara teratur.
Dalam mengalami pergerakan, kami membutuhkan kecepatan penglihatan karena bakteri bergerak cepat dan mudah mati. Seperti pada bakteri Nutrient Agar (Na) no.1 kami tidak menemukan pergerakan bakteri karena kemungkinan bakteri itu mati.
Pewarnaan Gram Untuk Bakteri
Pada pewarnaan gram untuk bakteri, kami menyapukan biakan isolat Nutrient Agar (Na) no.4 pada kaca objek kemudian menambahkan 1 tetes air dan mengalami suspensi. Kami meletakkan kaca objek diatas bak pewarna kemudian menggenanginya dengan karbol gentian violet selama 1 menit. Setelah zat warna dibuang, lalu olesan tersebut digenangi dengan lugol selama 2 menit, dan zat warna tersebut dibuang. Kemudian olesan digenangi lagi oleh alkohol. Ketika meneteskan alkohol sedikit demi sedikit terjadi penghilangan warna. Setelah warna hilang, kami membilasnya dengan air mengalir. Setelah itu kami menambahkan safranin selama 1 menit dan membuang zat yang berlebih. Setelah itu olesan dikeringkan.
Untuk pewarnaan gram, kami mengamatinya melalui mikroskop. Pada mikroskop, kaca objek tersebut berwarna biru. Setelah itu dilakukan perlakuan yang sama pada koloni Mannitol Salt Agar (MSA) no. 4 dan menghasilkan warna biru yang sama.
Sesuai dengan literatur, sel bakteri yang berwarna biru menunjukkan adanya bakteri masuk kelompok gram positif. Sel bakteri gram negatif akan berwarna merah. Sehingga pada pewarnaan ini, media Nutrient Agar (NA) dan Mannitol Salt Agar (MSA) masuk ke dalam kelompok bakteri graam positif.
Uji TSIA ada Bakteri
Pada uji TSIA kami menggunakan media tegak dan media miring. Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi reaksi pembentukan gula.
            Bakteri yang kami ambil dari media Nutrient Agar (NA) no.4 diinokulasikan pada media TSIA yang sudah diisikan pada media miring dan media tegak. Dalam pengisian TSIA dan inokulasi diusahakan tetap pada kondisi steril. Setelah dilakukan inokulasi, kedua media tersebut dilakukan inkubasi pada suhu 35-37˚C selama 24 jam. Awal mula media ini berwarna kuning.
            Selanjutnya setelah di inkubasi barulah kami melakukan uji cobaTSIA dengan melihat hasil warna dari kedua media itu.
            Pada media miring, media TSIA menghasilkan warna kuning. Tidak mengandung gas karena media tegak ini tidak terdapat gelembung atau terangkat dan tidak mengandung gas H2S karena media tidak menimbulkan warna hitam. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri pada media miring mengandung positif laktosa/sukrosa.
            Pada media tegak, media TSIA menghasilkan warna kuning. Tidak mengandung gas karena media tegak ini tidak terdapat gelembung atau terangkat dan tidak mengandung gas H2S karena media tidak menimbulkan warna hitam. Sehingga bakteri pada media tegak mengandung positif glukosa.

         TSIA media Tegak                TSIA media miring


            Uji coba IMVIC pada Bakteri
Identifikasi bakteri selanjutnya adalah dengan pengujian IMVIC. Pada percobaan ini, media air pepton, media MR-VP, media Cimmon’s Citrate, pereaksi kovaks, indikator metil merah dan larutan alfa-naftol digunakan dalam membantu pengidentifikasian selanjutnya.
            Kami menggunakan delapan buah tabung reaksi steril dengan perlakuan sebagai berikut :
a.       Pada tabung reaksi no. 1 dan no.5 kami isi dengan 0.5 ml media air pepton
b.      Pada tabung reaksi no. 2,6,3,7 kami isi dengan 0.5 ml media MR-VP
c.       Pada tabung reaksi no. 4 dan no.8 kami isi dengan 0.5 ml media cimmon’s citrate
Setelah semua tabung reaksi diisi dengan masing-masing media maka kami melakukan
inokulasi dengan isolat Nutrient Agar (Na) no.4 dan Mannitol Salt Agar (MSA) no.4 dengan keterangan sebagai berikut :
a.       Pada media air pepton
Warna awal media air pepton pada tabung no. 1 dan no.5 setelah mengalami inkubasi larutannya menjadi kuning. Kemudian kami menambah 1 tetes pereaksi kovacks melalui dinding tabung secara hati-hati. Terjadi perubahan warna dengan cepat. Kedua tabung reaksi ini sama-sama membentuk cincin berwarna merah diatas permukaan larutan media air pepton yang berwarna kuning.
Sesuai dengan literatur, larutan membentuk cincin berwarna merah menunjukkan adanya indol

                                 Tabung  reaksi no.1                  Tabung reaksi no. 5



b.      Pada media MR-VP
Warna awal media MR-VP pada tabung reaksi no. 2 dan no.6 setelah mengalami inkubasi larutannya menjadi putih keruh dan terdapat sedikit endapan putih dibawah permukaan dasar tabung tersebut. Kemudian kami menambahkan 1 tetes indikator metil merah (MM). Terjadi perubahan warna dengan cepat.
Pada tabung reaksi no. 2 menghasilkan warna orange pekat sedangkan pada tabung no.6 terjadi pembentukan warna merah.
Sesuai dengan literatur, larutan membentuk warna merah menunjukkan adanya (MM). Jika larutan menghasilkan warna lin atau tidak mengalami perubahan warna maka larutan tidak menunjukkan adanya (MM).
Sehingga pada tabung no. 2 menunjukkan bahwa bakteri negatif adanya (MM), dan bakteri pada tabung reaksi no. 6 positif adanya (MM).

                                               Tabung reaksi no. 2                                                      Tabung reaksi no.6


c.       Pada media MR-PV
Warna awal media MR-VP pada tabung reaksi no. 3 dan no.7 setelah mengalami inkubasi, larutannya menjadi putih keruh dan terdapat sedikit endapan putih di bawah permukaan dasar tabung tersebut.  Kemudian kami menambahkan 1 tetes pereaksi alfa-naftol. Terjadi perubahan warna pada kedua tabung ini menjadi endapan warna merah bata.
Sesuai dengan literatur, larutan membentuk endapan merah bata menunjukkan adanya VP. Sehingga pada tabung reaksi no. 3 dan no.7 menunjukkan bahwa kedua bakteri ini menunjukkan positif adanya VP

                                              Tabung reaksi no.3                Tabung reaksi no. 7


d.      Pada media cimmon’s citrate
Warna awal media cimmon’s citrate pada tabung reaksi no.4 sebelum inkubasi berwarna hijau. Setelah mengalami inkubasi, pada permukaan atas media tersebut berubah menjadi biru.
Sesuai literatur, media cimmon;s citrate berubah menjadi biru menunjukkan adanya citrat. Sehingga pada tabung reaksi no. 4 menunjukkan bahwa bakteri positif adanya citrate.
Dikarenakan kekurang hati-hatian kami dalam melakukan percobaan maka untuk isolat Mannitol Salt Agar (MSA) pada tabung reaksi no 8 tidak memiliki hasil. Namun kami tetap melanjutkan identifikasi bakteri pada Mannitol Salt Agar (MSA) dengan dua kemungkinan, yaitu adanya positif citrate dan tidak adanya citrate

                                                                   Tabung reaksi no. 4


Angka Lempeng Total


BAB IV
HASIL PERCOBAAN

Metode Pengenceran 
setelah di inkubasi




Metode Cawan Penuangan Agar 
setelah di inkubasi







BAB V
PEMBAHASAN

  1. Percobaan Angka Lempeng Total (ALT)
Pada percobaan dilakukan penentuan angka cemaran mikroba atau Angka Lempeng Total (ALT) dari sampel air kloset toilet Inkom, Unjani. . Angka Lempeng total (ALT) adalah  jumlah koloni yang tumbuh pada media dari pengencerah sampel.  Hal ini dikarenakan dengan melakukan pengenceran, maka jumlah mikroba yang tersuspensi di dalam air steril menjadi lebih kecil. Hal ini terlihat dari jumlah mikroba yang teramati setelah pengenceran hingga keempat kalinya, bahwa umumnya semakin banyak pengenceran yang dilakukan maka jumlah mikroba yang terhitung semakin sedikit.
Perhitungan pada koloni hanya dihitung dengan jumlah koloni antara 25-250. Hal ini dikarenakan media agar dengan jumlah koloni tinggi ( > 300 koloni ) sulit untuk dihitung, sehingga kemungkinan besar kesalahan perhitungan sangat besar . sedangkan untuk jumlah koloni sedikit ( < 25 koloni ) tidak absah dihitung secara statistik.
Pada penentuan ALT pada percobaan digunakan metode penuangan agar. Untuk metoda ini dilakukan pengenceran serial. Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada media agar dihitung setelah inkubasi selama ±18 jam pada suhu 37 ̊C.  Dari hasil percobaan ALT yang didapat dalam pengenceran serial  1 : 10² jumlah lempeng angka total dari setiap pengenceran adalah > dari 250 koloni, hal ini disebabkan kemungkinan 2 faktor :
1.      Pada sampel yang di uji kemungkinan banyak mengandung mikroba.
2.      Pada proses pengerjaan kurang aseptis.
Perhitungan jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada media dilakukan sesuai dengan cara perhitungan jumlah koloni bakteri x jumlah pengenceran yang dilakukan. Maka nilai ALT yang dipilih dari tingkat pengenceran tertinggi , untuk sampel yang di uji nilai ALTnya adalah
C-0 = tidak terhitung karena koloni belum dilakukan pengenceran.
C-1 = 3825 x 10¹ koloni/ml
C-2 = 2068 x 10²  koloni/ml
C-3 = 1232 x 10³  koloni/ml.
C-4= 950 x 10 4 koloni/ml

B.     Percobaan Angka Paling Mungkin (APM)/Most Probable Number (MPN)
Perhitungan koloni bakteri berdasarkan atas aktivitas bakteri tersebut dalam melakukan metabolisme. Metode ini disebut juga sebagai Angka Paling Muncul (APM) /Most Probable Number (MPN).
Prinsip utama metode ini adalah mengencerkan sampel sampai tingkat tertentu sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme yang sesuai dan jika ditanam dalam tabung menghasilkan frekuensi pertumbuhan tabung positif.
Semakin besar jumlah sampel yang akan dimasukkan (semakin rendah pengenceran yang dilakukan ) maka semakin sering tabung positif yang muncul. Semakin kecil jumlah sampel yang dimasukkan (semakin tinggi pengenceran yang dilakukan ) maka semakin jarang tabung positif yang muncul. Jumlah sampel/pengenceran yang baik adalah yang menghasilkan tabung positif.
Semua tabung positif yang dihasilkan sangat tergantung dengan probabilitas sel yang terambil oleh pipet saat memasukkannya ke dalam media. Oleh karena itu homogenisasi sangat mempengaruhi metode ini. Frekuensi positif (ya)  atau negatif (tidak) ini menggambarkan konsentrasi mikroorganisme pada sampel sebelum diencerkan.
Dari hasil percobaan APM/MPN yang didapat dengan pengenceran sampai 1/10.000 (4 kali pengenceran), semua tabung reaksi yang berisi tabung durham menghasilkan metabolit positif berupa gas karbon dioksida yang terperangkap dalam tabung Durham yang sengaja dimasukan dalam tabung reaksinya dengan posisi terbalik.
Semua tabung positif kemungkinan beberapa faktor :
1.      Bakteri terdistribusi sempurna dalam sampel.
2.      Media yang dipilih sesuai untuk pertumbuhan bakteri target dalam suhu dan waktu inkubasi tertentu sehingga minimal satu sel hidup mampu menghasilkan tabung positif selama masa inkubasi tersebut.
3.      Menggambarkan bahwa bakteri itu hidup, tidak terluka. Sehingga mampu menghasilkan tabung positif.
Kemudian kami merujuk hasil tersebut pada tabel APM atau MPN sehingga populasi dapat diketahui dengan pendekatan tersebut. Hasil percobaan menunjukkan hasil sebagai berikut :
·       3 tabung (+) pada P-0 nilainya 3
·       3 tabung (+) pada P-1 nilainya 3
·       3 tabung (+) pada P-2 nilainya 3
·       3 tabung (+) pada P-3 nilainya 3
·       3 tabung (+) pada P-4 nilainya 3
Maka jumlah bakteri dilihat pada tabel APM’MPN,  kombinasinya adalah 33333. Nilai APM(dari tabel) =24,0.
Jadi populasi ` =  24 x (1/pengenceran yang ditengah)
                        =  24 x 100
                        = 2400 AMP/ml

KESIMPULAN

Berdasarkan pada hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
·         Pengujian penentuan  hitungan  cawan atau Angka limpeng total (ALT) dilakukan dengan metode penuangan.
·         Berdasarkan hasil percobaan , perhitungan cawan pada pengenceran sampai 1 : 104 dengan sampel air kloset toilet inkom unjani sebanyak > 250 koloni.
·         Berdasarkan percobaan ALT yang diperoleh adalah  3696x10² koloni/ml.
·         Berdasarkan hasil percobaan, semua tabung menghasilkan positif metabolit berupa gas karbon dioksida yang terperangkap dalam tabung Durham.
·         Berdasarkan pada pendekatan tabel APM/MPN menghasilkan kombinasi 33333 dengan jumlah populasi = 2400 AMP/ml.