Image by FlamingText.com
Image by FlamingText.com

Sabtu, 17 Desember 2011

PENGUJIAN EFEKTIVITAS BAHAN PENGAWET

PENGUJIAN EFEKTIVITAS BAHAN PENGAWET
(NIPAGIN)








BAB I
PENDAHULUAN

Prinsip Percobaan
Berdasarkan Angka Lempeng Total dan metode Pelat.

Tujuan Percobaan
Agar mahasiswa mengetahui efektivitas bahan pengawet terhadap pertumbuhan mikroorganisme.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bahan pengawet adalah bahan tambahan yang sering digunakan pada obat, makanan, kosmetika dan bahan alam. dengan tujuan untuk memperpanjang masa sampannya tetapi tidak untuk tujuan menutupi keburukan sediaan tersebut.

Bahan pengawet yang dipakai dapat berupa bahan alam atau bahan sintesis/kimia. beberapa contoh bahan pengawet alam adalah kunyit, jahe, laja. sedangkan bahan pengawet sintesis yaitu : senyawa benzoat, sorbat, nipagin, dan masih banyak yang lain.

Pemilihan bahyan sebagai pengawet sangat tergantung dari sifat fisika dan kimia sediaan yang akan di awetkan dan tujuan penggunaan pengawet tersebut, sehingga jenis dan jumlah yang digunakan dapat bervariasi. misalnya penggunaan benzoat untuk minuman ringan, yang diijinkan adalah tidak boleh lebih dari 500mg/kg.  semua ini diatur oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia, melalui PerMenKes RI. No.722/MenKes/Per/88 yang telah direvisi pada tahun 2001. Diharapkan melalui cara ini penggunaan bahan pengawet pada semua sediaan dapat diawasi dengan ketat.

Untuk dapat mengefektifkan penggunaannya, Farmakope Indonesia Edisi IV telah memuat metode uji mikrobiologinya. cara ini diharapkan dapat membantu menentukan jenis dan jumlah bahan pengawet yang tepat untuk di gunakan pada sediaan uji.

BAB III
METODELOGI PERCOBAAN

III.1.  Alat dan Bahan Percobaan
1. Tabung reaksi
2. pipet media
3. Pipet volume
4. Cawan petri
5. botol sirup
6. Bahan pengawet nipagin 10 %
7. Cairan laktose broth
8. suspensi isolat bakteri
9. suspensi isolat kapang
10. sirup

III.2. Prosedur Percobaan

Pengenalan beberapa jenis pengawet.
1. Disiapkan 80 mL media Lactose broth, 10 mL larutan nipagin stok 10%, 1 isolat suspensi bakteri, 1 isolat suspensi kapang, 10 tabung reaksi.
2. Suspensi bakteri dan khamir di ukur kekeruhannya setara dengan T= 25% pada 258 nm dan kapang dengan T=10% pada panjang gelombang radiasi yang sama.
3. isikan 8mL LB ke tabung reaksi no. 1,2,3,4. 10 mL LB ke tabung reaksi no.6, 6. 9mL LB  ke tabung reaksi no. 7,8.
4. buat larutan nipagin 5% sebanyak 3ml ditambah dengan 3 ml air steril pada tabung reaksi no.9.
5. tambahkan 1 mL pengawet nipagin 5% pada tabung reaksi no. 1 dan 2, serta 1 mL nipagin 10% pada tabung reaksi no. 3 dan 4.
6. tambahkan 1 mL susupensi bakteri pada tabung reaksi no. 1,3, dan 7.
7. Tambahkan 1 mL susupensi kapang pada tabung reaksi no. 2,4, dan 8.
8. Tabung reaksi no. 5 dan 6 menjadi larutan blangko untuk bakteri dan kapang dalam pembandingan.
9. Inkubasikan. untuk bakteri di inkubasi 24 jam dan untuk kapang di inkubasi selama 4 hari. 
 
Pengujian efektivitas bahan pengawet pada sirup
1. disiapkan sediaan uji 20mL larutan gula 1015 yang mengandung bahan pengawet nipagin.
2. suspensikan bakteri dan kapang memiliki kekeruhan dengan T=25% pada 258 nm dan kapang dengan T=10% pada panjang gelombang radiasi yang sama.
3. isikan 20mL sediaan uji pada dua botol.
4. pada botol-1 diinokulasikan 1 mL suspensi bakteri, pada botol-2 diinokulasikan 1 mL suspensi kapang. kemudian disimpan selama 30 ment pada suhu kamar.
5. pipet @ 1mL sediaan uji dari setiap botol, dan dimasukkan ke dalam empat cawan petri dan homogenkan. 
6. dua cawan petri diisi 15 mL media NA dan 2 cawan petri lainnya diisi 15 mL media SDA.
7. di inkubasi. pada bakteri di inkubasi 24 jam dan untuk kapang di inkubasi selama 4 hari.
8. lakukan pengamatan yang sama setelah penyimpanan sirup selama 7 hari.


BAB IV
HASIL PERCOBAAN




BAB V
PEMBAHASAN
 
Uji efektivitas bahan pengawet dilakukan untuk menetukan jenis dan jumlah bahan pengawet yang tepat digunakan pada sediaan uji. Uji efektivitas bahan pengawet dilakukan secara mikrobiologi dengan menggunakan media cair Lactose Broth (LB), Nutrient Agar (NA) dan Sabouraud Dextrose Agar (SDA).

  1. Pengenalan beberapa jenis pengawet.
Pada praktikum ini, pengenalan jenis pengawet menggunakan isolat yang terlebih dahulu dilakukan suspensi dan telah diukur kekeruhannya pada masing-masing isolat untuk bakteri dan kapang/khamir. Isolat bakteri kami masukkan ke dalam tabung reaksi no. 1, 3 dan 7. Tujuannya untuk mengetahui apakah sediaan yang diberi bahan pengawet dapat menghambat pertumbuhan bakteri atau tidak. Sedangkan isolate kapang/khamir kami masukkan ke dalam tabung reaksi no. 2, 4 dan 8. Tujuannya untuk mengetahui apakah sediaan yang diberi bahan pengawet dapat menghambat pertumbuhan kapang dan khamir atau tidak. Masing-masing tabung reaksi tersebut sebelumnya telah di beri cairan Laktose Broth (LB). 

Larutan blangko merupakan larutan yang digunakan sebagai pembanding. Pada praktikum ini, larutan blangko yang kami buat yaitu dari cairan Laktose Broth  (LB) pada tabung reaksi no. 5 dan 6. Sehingga parameter yang dapat dilihat adalah kekeruhan yang dihasilkan pada setiap tabung reaksi yang dibandingkan dengan larutan blangko. Jika tabung reaksi yang telah diberi pengawet menghasilkan kekeruhan maka bahan pengawet yang kami gunakan tidak efektif sedangkan jika tabung reaksi tidak mengalami kekeruhan dan warnanya sama seperti pada larutan blangko maka bahan pengawet yang kami gunakan efektif dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme. 

Nipagin merupakan bahan pengawet obat-obatan. Kami menambahkan  nipagin 5% pada tabung reaksi no. 1 dan 2. Sedangkan nipagin 10% ditambahkan pada tabung reaksi no. 3 dan 4. Perbedaan kadar nipagin pada praktikum ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak jumlah pengawet yang tepatdigunakan pada sediaan uji.

Hasil dari praktikum ini yaitu, pada tabung reaksi no. 1,3 dan 7 setelah dilakukan inkubasi selama 24-48jam menghasilkan larutan yang keruh. Hal ini dapat dibandingkan dengan larutan blangko yang jernih. Warna keruh yang dihasilkan pada ketiga tabung reaksi tersebut sama berkisar 25%. Adanya kekeruhan tersebut, maka sediaan yang telah diberi bahan pengawet 5% dan 10% tetap menghasilkan bakteri sehingga pengawet nipagin 5% dan 10% tidak efektif menghambat pertumbuhan bakteri. 

Pada tabung reaksi no. 2, 4 dan 8 setelah dilakukan inkubasi selama 4 hari menghasilkan larutan yang keruh. Hal ini dapat dibandingkan dengan larutan blangko yang jernih. Pada tabung reaksi no. 2 dan 8 menghasilkan warna keruh yang sama berkisar 25% sedangkan pada tabung reaksi no. 4 warna lebih keruh berkisar 50% . Adanya kekeruhan tersebut, maka sediaan yang telah diberi bahan pengawet nipagin 5% dan 10% tetap menghasilkan kapang/khamir sehingga pengawet nipagin 5% dan 10% tidak efektif menghambat pertumbuhan kapang/khamir.

  1. Pengujian efektivitas bahan pengawet pada sirup.
Pada praktikum ini, uji efektivitas bahan pengawet menggunakan media sirup. Sirup ini di uji dengan menggunakan media Nutrient Agar (NA) dan Sabouraud Dextrose Agar (SDA) masing-masing di tambah dengan bahan pengawet nipagin.  Media Nutrient Agar (NA) digunakan untuk mengidentifikasi hasilnya mikroba/bakteri. Dan media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) digunakan untuk mengidentifikai  hasilnya kapang dan khamir.

Percobaan ini dilakukan dengan dua kali penyimpanan. Yaitu pada saat sirup disimpan selama 30 menit dan 7 hari. Tujuannya untuk mengetahui efektivitas nipagin dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada sirup. 

Sirup yang sudah ditambahkan dengan nipagin kemudian di bagi menjadi dua. Yaitu sirup yang ditambahkan isolate bakteri dan sirup yang ditambahkan isolate kapang/khamir. Setelah di simpan 30 menit kemudian masing-masing sirup itu di pindahkan ke media NA dan media SDA lalu di inkubasi. 

Hasil dari praktikum ini adalah, pada media Nutrient Agar (NA) pertama menghasilkan pertumbuhan mikroorganisme berbentuk koloni yang bertumpuk banyak dan berwarna putih. Sedangkan pada media Nutrient Agar (NA) kedua menghasilkan pertumbuhan mikroorganisme bakteri berbentuk koloni kecil dan berwarna putih. Dari hasil tersebut maka bahan pengawet nipagin pada sirup setelah disimpan selama  30 menit tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara efektif.

Sedangkan pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) setelah di inkubasi selama 4 hari menghasilkan pertumbuhan khamir. Hal ini terlihat dari media yang menghasilkaan koloni berlendir berwarna putih.. Dari hasil tersebut maka bahan pengawet nipagin pada sirup setelah disimpan selama 30 menit tidak dapat menghambat pertumbuhan khamir tapi dapat menghambat pertumbuhan kapang secara efektif.
Sirup yang di di simpan selama 7 hari kemudian dipindahkan ke media Nutrient Agar (NA) dan media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) untuk di inkubasi kembali. Tujuannya untuk mengetahui apakah pengawet nipagin pada sirup yang telah disimpan selama 7 hari ini menghasilkan aktivitas pertumbuhan bakteri, kapang dan khamir atau tidak sama sekali. 

Pada media Nutrient Agar (NA). pertama menghasilkan pertumbuhan mikroorganisme berupa koloni-koloni putih. Begitupun pada media NA yang kedua. Kami menyimpulkan koloni-koloni ini adalah bakteri. Dari hasil tersebut maka bahan pengawet nipagin pada sirup setelah disimpan selama 7 hari tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara efektif.

Pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) pertama tidak menghasilkan kapang dan khamir. Begitupun pada media SDA yang kedua. Dari hasil tersebut maka bahan pengawet nipagin pada sirup setelah disimpan selama 7 hari tersebut dapat menghambat pertumbuhan kapang dan khamir secara efektif.

BAB VI
KESIMPULAN

            Dari hasil percobaan yang telah kami lakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
  1. Berdasarkan pada metode cairan lactose broth (LB), bahan pengawet Nipagin 5% dan 10% tidak efektif menghambat pertumbuhan mikroorganisme bakteri, kapang dan khamir.
  2. Penambahan Nipagin pada sirup yang di simpan 30 menit dan 7 hari tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara efektif. sehingga Nipagin semakin lama aktifitas kerjanya tetap tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri.
  3. Penambahan Nipagin pada sirup yang di simpan selama 30 menit dapat menghambat pertumbuhan kapang secara efektif tapi menghasilkan pertumbuhan khamir. Sedangkan penyimpanan pada 7 hari dapat menghambat pertumbuhan kapang dan khamir secara efektif. sehingga Nipagin semakin lama aktifitas kerjanya semakin bagus dalam menghambat pertumbuhan kapang dan khamir.

Seiga, Always my heart

SEIGA, Always My Heart



Sahabat
Sahabat adalah dua atau sekelompok insan,
Yang saling mengikat batin satu samalain,
Tak kenal perbedaan dalam segi apapun,
Yang selalu membantu dan membimbing,
Yang selalu mengerti dan memahami,
Selalu ada bersama dalam suka dan duka,
Lantas apa makna sahabar bagimu ?



Seiga….. 


Seiga itu kepanjangan dari Sebelas Ipa Tiga alias kelas SMA dulu. Gak tahu kenapa meskipun kita udah lulus SMA tapi tetap nama SEIGA paling keren dan di jadikan nama kebangsaan kelas kita. Padahal biasanya nama yang paling tidak bisa dilupakan itu nama terakhir masa kita kelas tiga. Apa karena nama kelas kita waktu akhir tahun itu pake nama salah satu band terkenal ya? Atau gara-gara personal band’a jadi aja males buat sebutin nama kelas kita apa..Hahaha….kagak tahu deh tapi hati gue juga lebih condong tetap Pake SEIGA dibanding nama yang laennya. 

Btw, ngomong-ngomong tentang seiga, gue jadi inget zamannya pake seragam putih abu. Kira-kira menurut loe, gue tu kayak gimana ya? Yang pasti gue sulit banget buat dapetin pacar. Haha…

Sebelas Ipa Tiga, orang-orang di kelas itu alias temen gue, mereka pada punya khas masing-masing yang gak bisa gue lupain. Ada yang nakalnya minta ampun, sompral, kalem, pinter, yang aneh juga ada.pokoknya komplit tapi gue seneng banget bisa sekelas dan punya teman kayak mereka.
Masih inget gak sih kenangan kita bersama ? Ketika rasa lelah dan letih bercampur aduk tapi rasa itu hilang pas kita saling tertawa berbagi cerita. Cerita kelucuan seseorang, kekesalan seseorang sampai cinta seseorang. Tahukah kalian, kalau itu kenangan terindah saat kita bersama. Dengan seragam putih abu kita lalui masa-masa yang ceria. Meskipun kegundahan akan masa depan melanda hati kita masing-masing. 

Sekarang ngerasa gak ada lagi tawa itu. gak ada lagi kebersamaan yang saling melengkapi. Karena dari kita telah menempuh jalan masing-masing untuk meraih cita-cita. Hati ini sedih tapi percaya kita bisa bersama lagi di kesempatan yang bisa mempertemukan kita. 

Jujur, pengen banget balik lagi ke masa putih abu. Benar kata orang, kenangan terindah itu pas kita masih duduk di bangku SMA. Kenangan terindah dengan teman, dengan guru sampai dengan seseorang yang special. Tapi disini kenangan terindah gue adalah bersama kalian sobat. 

Meskipun di tempat kuliah yang baru ini gue dapat teman yang baru juga tapi kalian tetap sahabat gue. Sesibuk apa kalian sekarang , gue selalu mengingat kalian dan berharap bisa bersama lagi kayak dulu.

So, don’t forget me ok !
You are best my friends, always…….
Miss you so much ..

.






Jumat, 02 Desember 2011

ZAT ADIKTIF






A. Pengertian Zat Adiktif

Zat adiktif adalah obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi oleh organisme hidup dapat menyebabkan kerja biologi serta menimbulkan ketergantungan atau adiksi yang sulit dihentikan dan berefek ingin menggunakannya secara terus-menerus yang jika dihentikan dapat memberi efek lelah luar biasa atau rasa sakit luar biasa.

B. Jenis Obat Yang Berzat Adiktif

Sesuai dengan Undang-Undang No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika menyebutkan beberapa obat yang mengandung zat adiktif di antaranya adalah :
1. Amfetamin
2. Amobarbital, Flunitrazepam
3. Diahepam, Bromazepam, Fenobarbital
4. Minuman Beralkohol / Minuman Keras / Miras
5. Tembakau / Rokok / Lisong
6. Halusinogen
7. Bahan Pelarut seperti bensin, tiner, lem, cat, solvent, dll

C. Dampak / Efek yang Dapat Ditimbulkan Zat Adiktif

1. Efek/Dampak Penyalahgunaan Minuman Alkohol
Alkohol dalam minuman keras dapat menyebabkan gangguan jantung dan otot syaraf, mengganggu metabolisme tubuh, membuat janis menjadi cacat, impoten serta gangguan seks lainnya.


2. Efek/Dampak Penyalahgunaan Ganja
Zat kandungan dalam ganja yang berbahaya dapat menyebabkan daya tahan tubuh berkurang dan melemah sehingga mudah terserang penyakit dan infeksi serta memperburuk aliran darah koroner.

3. Efek/Dampak Penyalahgunaan Halusinogen
Halusinogen dalam tubuh manusia dapat mengakibatkan pendarahan otak.

4. Efek/Dampak Penyalahgunaan Kokain
Zat adiktif kokain jika dikonsumsi dalam jangka panjang dapat menyebabkan kekurangan sel darah putih atau anemia sehingga dapat membuat badan kurus kering. Selain itu kokain menimbulkan perforesi sekat hidung (ulkus) dan aritma pada jantung.

5. Efek/Dampak Penyalahgunaan Opiat / Opioda
Zat opioda atau opiat yang masuk ke dalam badan manusia dapat mengganggu menstruasi pada perempuan / wanita serta impotensi dan konstipasi khronuk pada pria / laki-laki.

6. Efek/Dampak Penyalahgunaan Inhalasia
Inhalasia memiliki dampak buruk bagi kesehatan kita seperti gangguan pada fungsi jantung, otak, dan lever.

7. Efek/Dampak Penyalahgunaan Non Obat
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita temui benda-benda yang disalahgunakan oleh banyak orang untuk mendapatkan efek tertentu yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Contoh barang yang dijadikan candu antara lain seperti bensin, thiner, racun serangga, lem uhu, lem aica aibon. Efek dari penggunaan yang salah pada tubuh manusia adalah dapat menimbulkan infeksi emboli.


1. Zat Pengawet
Pengawet buatan(sintetis): Natrium benzoat, natrium nitrat, kalsium propionat, dan asam sorbat.
Pengawet alami: Gula, garam, cuka.

2. Zat Pewarna
Pewarna buatan: eritrosin (merah), kuning FCF (kuning), hijau FCF (hijau), tartazine.
Pewarna alami:
> Warna kuning: kunyit dan wortel.
> Warna merah: wortel dan tomat.
> Warna hijau: daun suji dan daun pandan.
> Warna biru: anggur.
> Warna coklat: karamel.

3. Zat Pemanis
Pemanis buatan: sorbitol, aspartam, sakarin, siklamat.
Pemanis alami: gula, madu.

4. Zat Penyedap
Penyedap buatan: MSG, isoamil astetat, etil butirat.
Penyedap alami: cengkeh, kayu manis, rempah-rempah, bawang putih dan bawang bombay.





PENGUJIAN STERILITAS


PENGUJIAN STERILITAS





BAB I
PENDAHULUAN

I.2. Tujuan Percobaan
Praktikan diharapkan dapat mengerti dan memahami proses pengujian sterilitas  serta dapat menentukan apakah sediaan/alat yang harus berada dalam  keadaan steril, serta memenuhi syarat sterilitas sebagai persyaratan resmi dan pengawasan mutu.  



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tujuan untuk uji ini adalah untuk menentukan apakah sesediaan atau alat yang harus berada dalam keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah istilah yang mempunyai konotasi relative, dan kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas dari mikroorganisme hanya dapat di duga atas dapat proyeksi kinetis angka kematian mikroba.
            Produk steril adalah sesediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Pada prinsip ini termasuk sesediaan parenteral mata dan iritasi.  Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikan melalui kulit atau membaran mukosa kebagian dalam tubuh. Karena sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien, yakni membrane kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksis, dan harus mempunyai tingkat kemurnian tinggi atau luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi.
            Prinsip inokulasi langsung adalah mencampurkan sampel langsung dengan media untuk melihat ada atau tidaknya mikroorganisme yang ditandai adanya kelarutan dalam media.
            Prinsip penyaringan membrane adalah menyaring sampel uji berupa cairan yang larut dalam pembawa air menggunakan membrane khusus.
            Dalam praktikum ini digunakan dua media yaitu Nutrient Agar (NA) dan Sobourod Agar (SDA). Kedua media tersebut mempunyai fungsi masing-masing. Media NA digunakan untuk mengidentifikasi  mikroba/bakteri. Sedangkan media SDA digunakan untuk mengidentifikasi kapang dan khamir. 





 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1. Hasil Pembahasan
Tabel hasil percobaan

MEDIA SDA
(Sabouraud Dextrose Agar)


MEDIA NA
(Nutrient Agar)

Isolat kassa,


Terdapat pertumbuhan mikroorganisme seperti kapang-khamir berbentuk bulat yang berwarna kehitaman dan dipinggir-pinggir lingkarannya seperti dikelilingi spora berwarna putih.





Isolat kassa,


Tidak terdapat pertumbuhan mikroorganisme pada media ini.

Isolat injeksi,

Tidak terdapat pertumbuhan mikroorganisme pada media ini.

Isolat injeksi,

Terdapat pertumbuhan mikroorganisme yang berbentuk seperti koloni berupa lendir yang berwarna kecoklatan.


Isolat salep (vaselin dan adeps lanae),

Terdapat tumpukan mikroorganisme yang berupa lendir berwarna putih.

Isolat salep (vaselin dan adeps lanae),

Terdapat pertumbuhan mikroorganisme berbentuk koloni-koloni. Ada yang terbentuk seperti kapang-khamir berwarna hitam, ada juga koloni yang bertumpuk memiliki warna kuning-kejinggaan




IV.2. Pembahasan
Uji sterilitas sterilitas dilakukan untuk mengetahui apakah bahan atau sediaan yang harus steril sudah memenuhi syarat atau tidak. Uji sterilitas dilakukan secara mikrobiologi dengan menggunakan medium pertumbuhan tertentu. Media untuk pengujian diperlukan dalam uji ini.
Pada praktilum kali ini, kami melakukan pengujian sterilitas terhadap hasil kerja senior kami dalam pembuatan sedian injeksi dalam ampul 1 mL, pengujian sterilitas kassa sterili, dan pengujian sterilitas terhadap sediaan salep (vaselin dan adeps lanae). Ketiga sampel ini di uji menggunakan media Nutrient Agar (NA) dan Sabouraud Dextrose Agar (SDA). Media Nutrient Agar (NA) digunakan untuk mengidentifikasi hasilnya mikroba/bakteri. Dan media Sabouraud DextroseAgar (SDA) digunakan untuk mengidentifikasi hasilnya kapang dan khamir.  
Hasil isolat yang terdapat pada media SDA dari praktikum ini, ditemukan beberapa mikroorganisme yang tumbuh pada isolat kassa steril dan sediaan salep (vaselin dan adeps lanae).sehingga kassa dan sediaan salep tidak steril dari kapang dan khamir. Sedangkan pada isolat yang mengandung injeksi, tidak ditemukan pertumbuhan mikroorganisme, sehingga menunjukkan bahwa sterilitas pada sediaan ini steril dari kapang dan khamir.
            Mikroorganisme yang kami temukan pada isolat kassa yang menggunakan media SDA adalah timbulnya pertumbuhan mikroorganisme yang kami duga adalah sejenis kapang. Karena mikroorganisme ini terlihat secara visual berbentuk seperti spora yang berwarna hitam pada daerah tengah lingkarannya dan berwarna putih pada daerah pinggir lingkaran. Sedangkan mikroorganisme yang kami temukan pada isolat salep (vaselin dan adeps lanae) yang menggunakan media SDA yaitu dengan menunjukkan timbulnya pertumbuhan koloni yang berlendir, dimana kami menduga bahwa terdapat pertumbuhan seperti sejenis khamir yang berwarna putih pada isolat salep (vaselin dan adeps lanae) ini di media SDA.
            Pada isolat yang terdapat pada media NA, kami mendapati isolat injeksi dan sediaaan salep (vaselin dan adeps lanae) masih terdapat pertumbuhan mikroorganisme. Sedangkan pada isolat kassa steril, tidak ditemukan adanya pertumbuhan mikroorganisme, dimana hal ini menunjukkan bahwa kassa steril terbukti steril dari adanya pertumbuhan bakteri yang dapat mempengaruhi efektivitas penggunaan kassa steril tersebut.
            Mikroorganisme yang kami temukan pada isolat injeksi di media NA dengan menunjukkan timbulnya pertumbuhan koloni dimana kami menduga bahwa ini adalah pertumbuhan bakteri yang berbentuk seperti cairan yang mengeras dan berwarna kecoklatan. Sedangkan pada isolat salep (vaselin dan adeps lanae) terlihat adanya pertumbuhan mikroorganisme yang bergerombol membentuk tumpukan yang berwarna kuning-kejinggaan dan ada juga yang membentuk koloni bulatan yang berwarna hitam. Dimana kami menduga bahwa masih adanya pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri pada isolat-isolat ini di media  NA.



 BAB V
KESIMPULAN

            Dari hasil percobaan yang telah kami lakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagaiberikut :

  1. Media yang digunakan dalam praktikum ini adalah Nutrient Agar (NA) dan SDA. Media NA digunakan untuk mengidentifikasi hasilnya mikroba/bakteri. Media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) digunakan untuk mengidentifikasi hasilnya kapang dan khamir. 
  2. Kassa yang kami gunakan steril dari pertumbuhan bakteri tapi tidak steril dari pertumbuhan kapang dan khamir.  
  3. Injeksi yang kami gunakan tidak steril dari pertumbuhan bakteri tapi steril dari pertumbuhan bakteri.
  4. Salep yang kami gunakan tidak steril dari pertumbuhan bakteri, kapang dan khamir.