Image by FlamingText.com
Image by FlamingText.com

Sabtu, 19 November 2011

Miko

MIKO




Kabut tebal masih menyelimuti awan di pagi hari. Kali ini mentari tak kunjung bersinar. Cukup kudengar kicauan burung yang seolah menertawakan jati diriku yang selalu kesepian. 

Langkah kaki mulai gesit berjalan hingga menuju gerbang sekolah. Seorang Penjaga sekolah tersenyum. Tampak wajahnya sudah mulai keriput. Aku balik membalas. Kemudian aku menuju kelas Dea yang didalamnya sudah ramai oleh anak-anak berseragam putih abu lainnya. Aku bersembunyi diluar jendela menatap mereka. Kulihat Dea menyimpan Ranselnya lalu duduk terpaku sama seperti aku. 

“Assalamu’alaikum, Dea !” sapa Wina menghampiri Dea, “Pagi-pagi kok wajah kamu sudah murung ?” tanyanya. Wina teman sebangku Dea.
“Ah, nggak kok,” balas Dea.
“Bener gak apa-apa ?” Tanya Wina meyakinkannya. Dea terdiam.

Dea tidak pandai berteman. Itulah sebabnya kenapa dia kesepian. Kadang hatinya Hampa tapi dia selalu menutupinya dengan selalu bermain denganku. Dea sama denganku. Kesepian. 

Aku masih ingat peristiwa pertamakalinya aku bertemu dengan Dea. Dia dikejar-kejar oleh musuhnya, dan itupun sama terjadi denganku. Dari arah yang berlawanan kami bertemu dan saling terpaku. Dia tahu dari kejauhan ada yang mengejarku. Mata dea waktu itu seolah merasa kasihan. Hingga kemudian, dia membawa aku untuk bersembunyi bersamanya dan membawa aku pulang. Sejak dari situlah kami mulai mengenal dan menjadi dekat hingga saat ini.

“Miko,!” Teriak Dea berlari kemudian menggendongku. “Kamu jangan pergi jauh-jauh. Kalau kamu hilang, aku yang kerepotan. Dan juga bakal sedih.” Ucapnya. Aku mengangguk dengan penuh haru. “Ayo kita pulang, Aku ingin cepat sampai dirumah. Menyantap makan siang yang dibuat oleh ibuku !” lanjutnya. 

***

Seusai makan siang, Dea kembali membuka buku pelajarannya. Aku menanjak ke tempat tidurnya. Lalu berbaring disampingnya. 

“Hari ini, aku harus menyelesaikan tugas Fisika ku,” ucap Dea seakan memberitahuku. Dea membuka lembaran buku paketnya. Dia membacanya. Aku melihat gambar-gambar menarik dalam bukunya. Ada 7 buah bola bulat yang berbaris dari yang terkecil hingga yang terbesar. Aku terus menatapnya. Dea tersenyum.

“Ini tentang Tata Surya, Miko. Kau tertarik ?” Tanya Dea, Aku mengelus tangannya. “Ini matahari,pusat tata surya,” Dea menunjukkan gambar matahari padaku. “Lalu gambar bulat yang berbaris ini adalah Planet yang mengitarinya. Yang terdekat dengan matahari adalah Planet Merkurius, disusul oleh Venus, kemudian Mars, lalu Bumi., lalu ada Neptunus, Jupiter dan Pluto. Planetnya indah bukan, Miko ? kau tahu, kita tinggal di Planet mana ?” Aku bingung tidak tahu.”Kita tinggal di Planet Bumi. Gambar yang ini,” jawab Dea memperlihatkan bumi padaku.
“Begitu besar kuasa Ilahi sehingga dia mampu menciptakan sebuah kehidupan yang amat luar biasa. Subhanallah, sungguh cantik dan indah jika kita amati hasilnya. Dia menciptakan Bumi untuk Manusia beserta fasilitasnya. Sumber daya alam yang sempurna. Tapi Miko, kadang manusia lupa akan nikmat yang telah mereka dapat. Contohnya sekarang, Manusia sudah tidak peduli terhadap Buminya. Yang ada dalam otak mereka adalah kesuksesan tanpa memikirkan dampaknya dikemudian.” Dea begitu sedih,”Kadang aku malu sebagai manusia, karena akupun masih tidak bisa memelihara lingkungan disekitarku sendiri.” Dea kembali membaca bukunya. 

Aku masih mengamati gambar itu. Jadi ini Bumi. Aku tinggal di Bumi, salah satu planet yang mengitari Matahari. Benar-benar luar biasa ! Tapi, siapakah yang menciptakannya ? rasanya aku ingin bertemu dengannya. Aku masih penasaran. 

Hingga Sore, aku terus berfikir, siapakah yang menciptakan Tata surya ? siapakah ? Aku ingin bertanya pada Dea, tapi Dea pasti tidak mengerti bahasaku. Ya ampun…., kenapa aku tidak menjadi manusia saja sama seperti Dea. Jika aku manusia, aku akan mencari informasi siapa yang sudah menciptakan tatasurya yang demekian hebatnya lewat buku-buku, atau media internet yang modern saat ini dikalangan manusia.

Sampai Malam menjelang. Aku lihat kegiatan rutin Dea sebelum ia tidur. Dea sering menyebutnya itu Shalat. Aku memandangnya diatas tempat tidur. Setelah selesai, Dea melipat peralatan shalatnya. Kemudian dia tersenyum menghampiriku. Sejenak Dea menatap heran padaku. Mungkin wajahku ada yang berbeda ?

“Miko, kenapa daritadi kau diam ? biasanya kau lompat kesana-kemari tidak karuan,” aku berjalan menuju tumpukan buku Dea. Lalu aku melempar Buku yang tadi ia baca. Dengan kemampuanku, aku geser buku itu dan memeprlihatkannya. Dea mengambil buku itu. “ Ada apa ? kenapa dengan buku ini ?”

Ah…seandainya aku manusia. Aku akan bilang, siapa yang sudah menciptakan Tata surya ? cukup hanya itu saja. Tidak repot seperti ini. Dea membuka buku itu, ketika ia membuka lembaran Gambar Tata surya, aku menghentikannya.

“Kau masih tertarik dengan Tata surya ?” Dea menebak pikiranku. “Aku tidak menyangka kau suka bacaan ini.” Aku terus memegang gambar Bumi dengan tanganku yang kecil.
“Ya sudah, kau masih ingin tahu tentang Bumi rupanya. Aku juga tidak tahu proses pembentukan bumi seperti apa. Allah tahu segalanya. Karena dia yang menciptakannya,”
Allah ? jadi dia yang menciptakannya.
“Kalau secara teori, mana mungkin kau mengerti, Miko. Secara gambaran umum saja aku jelaskan padamu. Bumi itu bulat. Diciptakan oleh Allah dzat yang maha besar. Mungkin kamu akan penasaran, siapa Allah itu,”
Aku mengangguk. Benar sekali Dea. Aku penasaran.
“Tapi aku tidak akan tahu wujud Allah itu seperti apa. Dan kita tidak boleh penasaran wujud Allah itu seperti apa. Kita cukup yakin bahwa Allah itu ada. Dan Allah itu Esa, satu. Allah itu yang menciptakan semua makhluk hidup tanpa kekurangan apapun. Manusia diharuskan untuk beribadah kepada-Nya.”
“Mungkin zaman sekarang, banyak manusia yang menentang aturan Allah karena terpengaruh oleh jalan yang tidak benar. Hm…meskipun demikian, aku tidak ingin lupa pada Allah. Aku ingin lebih dekat padanya. Meskipun aku kesepian namun hati merasa ada yang mendampingi dan itu adalah Allah.”
Aku terus memperhatikan penjelasan Dea hingga ia mulai mengantuk.
“Sudahlah, Miko. Besok aku harus kesekolah. Aku harus tidur. Selamat Malam temanku.” Dea berbaring menyelimuti tubuhnya dengan selimut yang besar. 

“Meeeooong . . .!” balasku. Kerena hanya itu kata-kataku yang terdengar oleh manusia sebagai seorang kucing.

Sosok Itu..

SOSOK ITU ???!!!





“Srrrrrk…..sssrrrrk….!”
          Tiba-tiba ada bunyi gesekan diluar sana. Mataku tak bisa terpejam. Malam itu begitu hening tidak seperti biasanya. Aku pikir bunyi tadi itu Cuma angin yang menyapu dedaunan di taman rumah yang tepat berada disamping kamarku.
          Ya Tuhan . . .malam itu benar-benar dingin. Angin dari luar yang masuk ventilasi kamarku seakan menusuk persendian tulangku.
          “Ktreek…ktreek….BRAK !!”
          Bunyi apa itu ? terdengar jelas sekali didekat jendela.
          Diam-diam aku beranjak dari tempat tidur, dan menghampiri jendela.
          “Apa jendela-nya lupa aku tutup yach tadi sore . . .” aku mulai bertanya-tanya dalam hati.
          Aku merasa ragu untuk membuka gorden. Perasaan takut malah sedikit-sedikit memuncak. Jantungku berdegup tak karuan.
          “Tapi kalau iya tidak aku tutup . . .aku harus menutupnya, kalau tidak bisa berbahaya !” kataku.
          Aku memaksakan diri untuk membuka gorden, “Sreeek……” jendela kamarku itu ternyata memang belum ditutup.
          “hmh….aku memang ceroboh !” gumamku sambil menutup jendela. Tapi sekilas mataku menangkap bayang hitam diluar sana. Aku terperanjat kaget. Apa mungkin itu perampok….Aku mulai bergemetar. Tubuhku kaku sambil menatap sosok itu. Tubuhnya aneh . . .begitu tegap, besar. Matanya . . .matanya seperti sinar merah menyala. Aku tak bisa melihat mukanya. Aku mulai penasaran. Aku harus tahu . . .!
Aku mulai melangkahkan kakiku menuju pintu, “Klek !” pintu kamarku kubuka pelan-pelan. Aku mulai keluar kamar dan melewati ruang TV, setelah sampai diruang tamu, aku mengintip keluar lewat jendela menyakinkan lagi apa benar ada orang diluar. Mataku menyelidik, dan masih menangkap sosok tadi.
          “Siapa itu….?” Aku mengernyit dahi. Hatiku mulai bergelut, “Buka….jangan, buka….jangan.” aku benar-benar ragu. akhirnya kubuka pintu itu. Aku keluar dari rumahku dan berjalan ditengah taman. Namun aneh, sosok itu tidak ada. Hilang entah kemana. Ditaman itu hanya ada aku saja.
“Sosok itu kemana yach ? kok hilang ?” gumamku,”Duh….jangan-jangan beneran perampok !”
Bulu kudukku tiba-tiba tegang. Badanku terasa dingin. Dan parahnya serasa ada yang meraba bahu kananku. Aku menoleh kebelakang dan betapa kagetnya aku karena sosok gelap hitam tepat berada tepat di depan mataku.
“KyAAAA !!!” Aku menjerit histeris. Tubuhku serasa mati total. Aku tak sanggup bergerak sedikitpun. “Hantu….mo..mo…mon..ster…atau ….sss…se…setan !” ucapku terbata-bata. kukunya yang runcing tajam hendak mencakarku namun aku bisa menghindar dari cengkramannya.aku hendak berlari tapi jatuh seketika. Kemudian sosok itu menggenggam kakiku dengan erat. Aku tak sanggup menghindarinya sekarang. Aku benar-benar terperangkap olehnya. Senyum sinis menghiasi wajahnya. Bibirnya bergerak seolah bergumam mengucapkan sesuatu. Ternyata tangan kirinya sudah memegang sebilah pisau yang hendak dia tusuk padaku. Akupun menjerit histeris.
 “Tolong !!!!” jeritku, berharap ada seseorang datang untuk menyelamatkanku. Aku benar-benar pasrah. Seluruh tenagaku habis terkuras untuk melawan makhluk seram itu.
          “Kamu mau apa dari aku ? kalau mau harta ambil aja sana ! tapi jangan ambil nyawaku !”
Aku pasrah. Aku ingin menangis. Jika memang aku harus mati sekarang, aku rela. Mungkin ini jalan yang baik yang diberikan tuhan untukku. Meskipun mati dengan mengenaskan oleh cengkraman Makhluk besar itu.
          Pisau-pun melayang menuju perutku. Aku menjerit dan memejamkan mataku.
          “Akhh ….!!! Kalau bisa, aku tidak mau mati dulu ! aku ingin hidup ! cita-citaku belum kecapai !” teriakku mengeluh. Tanganku dipegang erat…..erat sekali…… pipiku serasa ditepuk-tepuk……dan kakiku serasa dielus-elus ???
          “Aku tidak mau mati !”
          “Siapa yang mati ?, ayo bangun ! istigfhar !” teriak ibu yang terus menepuk pipiku dengan penuh khawatir.
          pancaran cahaya tertangkap oleh kornea mataku. Kicauan burung terdengar merdu diujung telingaku. Suasana hening. Kulihat ibu dan kakak perempuanku sudah berada disampingku. Aku bangun dan menatap heran mereka.
          “Loh….kok pada kumpul ? makhluk tadi mana ?” tanyaku sambil terkantuk-kantuk.
          “Kamu tu gimana, udah pagi masih tidur. Udah mimpi . . .ngigau lagi !” ujar Kakak perempuanku masih mengelus-elus kedua kakiku.
          “Mimpi apaan sich ? mimpi kamu mati ?” ledek ibu sambil tertawa.
          “Mimpi….???” Aku terbengong. “Jadi tadi aku mimpi ?”
          “Nggak kok yang tadi itu nyata ! he…he…he….Ya….mimpi lah !” jawab kakak ikut meledekiku, “makannya kalau tidur mesti baca doa dulu !”
          Aku hanya tersenyum malu. Ternyata kejadian itu hanya ada dalam mimpi. Untung Cuma mimpi. Kalau kenyataan, ya…ampun….bisa-bisa besoknya akan tercetak dikoran bahwa seorang gadis manis meninggal karena cengkraman makhluk yang ganas !
          Akupun lega. Setelah ibu dan kakak keluar dari kamar, aku menatap diriku sendiri didepan kaca. Aku tersenyum sendiri.
          “Mimpi . . .” gumamku, “Dasar mimpi . . . .!”Compose

***
         

Taman Batin Cinta Versi cerpen

 TAMAN BATIN CINTA









 Sigit
19 / 07 / 07 22:30         
PrSahaBataN jGn SpRti Peps0dEnt Yg sEtiA mNjAgA 12 JaM.
BayGoN  yg TahaN 24 JaM ‘n Hit 48 JaM
Tp PrSahaBataN hRsLah SpRti REXONA Yg SETIA….SETIAP…SAAT….
Hue..he..heee….
Gute Nite sahabatku
Zwit-dLim
Suci
19 / 07 / 07  22:35
TEMAN trbaik tu seperti KOMPUTER,,
ENTER dlm hidupmu,,
SAVE k dlm hatimu,,
FORMAT maslahmu & jgn prnah DELETE diriku
Dari MEMORYMU,,
Gute Nach....Cwit-dlim
* * *
“He…he…he aku nggak nyangka lho kalau kamu bisa deket ama si Sigit !” ujar Ara pada Suci dikantin sekolah.
“Emang kenapa ? situ rugi kalau aku deket Sigit ? ” balas Suci
“Ngapain juga gue mesti rugi !?, aku tuh heran aja. Kok tumben-tumbenan kamu bisa begitu deket ma cowok laen,” kata Ara “Coz yang aku tau, kamu bakalan deket ama cowok kalau suka ma cowok yang kamu deketin,” jelasnya “Atau jangan-jangan….kamu suka ama Sigit ?!”
Suci tersentak kaget, “Heh….Ngawur kamu !” bantahnya, “Mana mungkin aku suka ma dia !”
“Kali aja Ci, gue kan Cuma nebak. Aku tau kok, kamu kan masih tetap setia nunggu Putra….iya kan ? hehe….”.
Suci tersenyum malu, “ kamu bisa aja. Sebenarnya aku sengaja deketin Sigit. Dia kan temen deket Putra. Aku pengen ngorek informasi aja dari dia tentang Putra.” jelas Suci, “Masalah aku suka ma si Sigit ??? kayaknya gak mungkin lah !” tegasnya, “Kita Cuma sahabatan doang kok !”
“Ya…gue ngerti. Tapi Ci, menurut pengalaman, meskipun kamu sahabatan ma dia, tapi jangan ampe terlalu deket apalagi sering sms-an. soalnya dari kedekatan itulah mulai tumbuh cinta !” tegas Ara, “jadi kamu mesti jaga jarak ma Sigit. Ntar ada yang cemburu…..”
“Ya…ya….aku sadar kok mesti jaga jarak ma Sigit. Tapi….aku yakin, gak bakalan kejadian ! ngomong-ngomong cemburu siapa sich ?!”
“Siapa lagi kalau bukan….Pu….tra…. hehehe”
“Sialan loe !” muka Suci memerah.
* * *
Suci
21 / 07 / 07   20:03
Hi, Git. G apa ? eh af gnggu. aq pngn nnya, klu pr mtk tu uji kmptnsi Bab 3 kan ? bLz (n_n).
Sigit
21 / 07 / 07   20:10
Hi, gk ngganggu kok. Iya pr yg tu. Q lg mles bljr neh cz bingung mkrn Anti. Eh, gmn hub.mu ma Putra ?
Suci
21 / 07 / 20:15
Mang knp ma Anti ? aq ngrasa ma Putra mkn jauh. Amp gak ada kmnukasi samasekali. Pdhl qta seklas. Ap skp aq yg trlalu jaim ych Git ?
Sigit
21 / 07 / 07   20: 21
Anti skg brubah bgt. Klakuan dy jd gk bner.Q jd nysel ma dy. Suci, mngkn kalian mmng pd jaim orng’a.msti’a kmu hrs ad kmnksi ma dy. Jd u tau gmn skp dy k kmu. Ap pngn aq comblangin ? hehehe... ^_^

Suci
21 / 07 / 07 20:30
Mngkn Anti brubah cz dy dket ma nak yg gk bner. D comblangin ??? gk ah, aq g mau kliatn agresf di mata’a. y kli ych, aq msti ad obroln ma putra biar qta jd dket.mkash yh.
Sigit
21 / 07 / 07   21:00
Y udh, gmn kamu az. Aq doain biar sukses dh. Ci, jga pergaulan ych. Klu tmenan mesti ma org baek (kyk aq hehehe). Jgn kyk Anti, dy tmenen ma nak gk bner. Jadi’a dy kbwain gk bener. KeyZ.
God nght.
* * *




Sigit
22 / 07 / 07   21 : 00
Mlm dh suntuk, mtapun trasa ngantuk, tp bonus sms sch numpuk, drpda nnti bsuk, trus dbilang maruk, mending Q krimn sms ne k hantu jruk purut. (0_0)
Suci
22 / 07 / 07   21:10
Pulsa dosa anda Rp. 50.000,-. Pulsa Pahala anda Rp.0,-. Aktiv s/d hri kiamat. Utk info : ktk akhirat krm k 123 (GRATIS). Dptkan 10 dosa/hari djamin msuk nraka. ;(
* * *
 “Pasti tadi malam sms-an lagi ma Sigit, iya kan ?’ tebak Ara yang menghampiri Suci yang tengah duduk dibangkunya.
          “Iya !” balas Suci singkat.
          “Ngobrolin masalah apa ? kok sering banget sch, ampir tiap hari” tanya Ara penasaran, “Coba kamu sms-nya ma Putra…..”
          “kemarin malem, dia curhat masalah Anti” jawab Suci, “Terus kemarinnya lagi ngobrol becandaan doang.”
          “Anti?? Si Riyanti itu ???”
          “Yup ! Sigit tu suka ma Anti semenjak pertama masuk SMA ini. Dia suka soalnya Anti tu perempuan yang feminim, sederhana, kalem, baek hati. Cuma sekarang, Anti tu berubah soalnya dia temenan ma gank si Fevi yang riweuh !” jelas Suci.
          “Busyet, kok gue gak tau yah ?! trus si Sigit gimana dong ?”
          “Ya….nyesel ma kecewa ada. Malah nyampur jadi adonan. Kalau dicetak plus digoreng jadi donat !” ledek Suci sambil tertawa.
          “Waw….nggak rugi juga yah kamu deket ma dia. Gue jadi tau informasi baru”
Tiba-tiba Putra datang bersama Sigit dengan gayanya yang kalem. Dia menyapa teman yang sudah menunggu dibelakang bangkunya. Suci mencuri pandang padanya. Dia tak tahan menahan senyum kagum. Dimata Suci, Putra adalah sosok pujaan yang dia damba selama ini. Secara keseluruhan, memang Putra  sempurna, malah bukan dua atau tiga orang perempuan yang suka padanya. Ara terus menatap Suci yang terpaku dengan senyuman memandang Putra.
          “Duh….kasmaran nieyyyy !!!” tegur Ara menyenggol sikutnya. Suci tersenyum malu. Mukanya memerah. Namun dia tetap sesekali melirik pujaannya.
          “Ra, kayaknya bener deh kata Sigit. Aku mesti ada komunikasi ma Putra biar kita jadi deket !”
* * *
Keinginan Suci buat ngedeketin Putra bak durian jatuh dihadapannya. Sore ini Putra tiba-tiba sms Suci yang sedang asyik mendengarkan siaran radio Rama fm kesayangannya.




Putra
23 / 07 / 07   16:00
Suci, gi apa ? maaf ganggu. Gak tau kenapa aku kangen ma kamu...(he he he becanda). Ci, dah beres ngerjain tugas sejarah blum ? Blz Q-lat.
Suci langsung beranjak dari tempat tidurnya waktu membaca sms itu. Jantung Suci langsung dag dig dug gak karuan, senyum dibibirnya merekah manis pada layar ponsel yang digenggamnya.
Suci
23 / 07 / 07  16:10
aq lagi dengrn msik d kmr. Kngen beneran jg, gk app kok he…he…he…tugs sjrh beres dong ! mang napa, Putra ?
Putra
23 / 07 / 07   16:15
aq blum bres cz ad yg susah. Boleh gak aq lihat jwabannya besok ? plizzz…Cuma kmu yang aq prcaya ^_^
Suci-pun langsung bersedia membantunya, “Demi dia, apa sih yang nggak bisa !” gumamnya.
* * *
          “Apa ?!” Ara terpekik tak percaya saat mereka nyampe dikelasnya, “Kok bisa tiba-tiba dia sms kamu, Ci ?”tanyanya “Setau aku, kalian itu boro-boro ngobrol, yang ada malah jaga image !”
          “Aku juga gak tau, Ra. Mungkin kebetulan keinginan aku terkabul buat deket ma Putra.” Balas Suci gembira, “aku deketin Putra dulu yah !” ara hanya termangu.
          Dengan penuh keyakinan Suci menghampiri Putra yang baru datang menyimpan tasnya.
          “Putra, ini permintaan kamu” kata Suci menyerahkan buku catatan tugasnya.
          “Makasih yah !” balasnya singkat.Suci tersenyum, “ternyata bener kata Sigit, kamu anaknya baik juga”
          “Sigit ? emang dia bilang apa sama kamu ?” tanya Suci penasaran
          “Dia bilang kalau mau butuh sesuatu bantuan panggil aja kamu, soalnya kamu orangnya baik” jelas Putra, “Sekarang terbukti, aku disuruh pinjam buku sejarah, ternyata kamu pinjamin !”
          “Jadi kamu disuruh Sigit ?”
          “Disuruh iya, butuh ke kamu secara pribadi juga iya.” jawabnya, “Makasih banget yah, Ci!”
          Suci diam tak menggubris.
* * *
          “Sigit !” panggil Suci yang sudah ada dibelakang Sigit. Sigit berhenti melangkah, dan menengok. Suci menghampirinya. “Git, mo pulang ?” tanyanya.
          “Iya, mang kenapa ?”
          “Bareng yuuu… aku gak ada temen. Ara sibuk latihan paduan suara buat lomba,” jelasnya, “Boleh, kan ?”. Sigit tersenyum mengangguk. Mereka-pun berdiri didepan gerbang sekolah menunggu mobil jurusan rumah mereka berhenti.
          “Git, kamu yang nyuruh Putra buat pinjam buku sejarah ke aku, ya ?” tanya Suci.
          “Iya. Katanya kamu pengen deket ma Putra kan !?” jelasnya, “Eh, tu ada mobil, naek yuk ! ntar pulang kesorean. Akhwat kan jangan ampe telat pulang.” Lanjutnya. Suci tersenyum datar.
* * *
Sigit
24 / 07 / 07   20:00
May u always be akhwat,, who share the truth to the other. May u always be a shine ‘n give u’r light to all people arround u. keep shalehah n trazken prjuangan,,,
* * *
“Happy Birthday !” seru Putra yang tiba-tiba sudah ada dibelakang Suci.
“Putra ?!” Suci gembira bisa berada dsampingnya, “Makasih, kamu dah inget ulang tahun aku.” kata Suci.
“Sama-sama. Ya…aku juga baru dikasih tau barusan sama Sigit, dia bilang sekarang kamu ulangtahun !” jelasnya.
“Sigit ??” Suci langsung melihat sekeliling kelasnya, “Terus dia ada dimana sekarang ?” tanya Suci, “Jadi kamu tau ulangtahun aku dari dia ?”
“Iya. Tadi sih tu anak mau ke kelas, tapi gak tau kenapa jadi gak mau kekelas !” jawabnya, “Kamu mau ditraktir gak ? bukannya kamu suka ngemil ? ngemil gorengan kan ?”
“Ya ampun, kamu kok sampe tau kebiasaan aku,? “
“Ya…aku juga tau dari Sigit. Perasaan dari kemarin dia ngomong masalah kebiasaan kamu terus. Seolah dia tau segalanya tentang kamu.”
Badan Suci serasa terhempas angin.
“Sigit….” Gumamnya.
* * *
          Ara menatap Suci dengan heran. Suci termenung dengan tatapan kosong di meja kantinnya.
          “Ci, kok daritadi ngelamun ?” tegur Ara, “Ni ulangtahun kamu, mestinya hari ini kamu seneng setengah mati dong. Apalagi dapet Ucapan ultah dari Putra….”
Suci tersenyum kecut, “Putra gak tau apa-apa tentang aku !”
          “Maksudnya apa ? ada apa sih ?”
          “Aku salah nilai dia, Ra. Nggak sedikitpun dia ngerti keinginan dan perasaan aku.” Wajah Suci kecewa bercampur sedih.
          “Ci, pasti ada masalah yah ? cerita ma aku. Aku kan temen kamu. Aku bakalan sedih kalau kamu juga sedih.”
          Mata Suci memerah kemudian menjatuhkan air mata.”Ra, ternyata apa yang Putra ketahui tentang aku, semuanya dia tau dari Sigit. Tentang dia pinjam buku catatan, tentang dia ucapin ulangtahun, tentang dia tau makanan kesukaan aku. Dia tau semua dari Sigit.” Jelas Suci.
          “Ya bagus dong. Tu berarti Putra perhatian ma kamu. Sampe dia beraniin nanya-nanya ke orang buat tau kegemaran ataupun Ultah kamu”
          “Nggak, Ra. Bukan Putra yang nyari tau tentang aku. Tapi Sigit yang nyari tau tentang aku, dia yang selama ini ngertiin aku, Ra.” Kata Suci, “Sigit diam-diam sudah ngebantuin aku, tapi aku nggak pernah ngerti perasaan dia. Aku ngerasa bersalah ma dia, Ra” lanjutnya, “Dan terakhir, entah kenapa waktu Putra ngasih tau yang sebenarnya ma aku, tiba-tiba hati aku sakit. Bukan sakit karena Putra gak suka ama aku, tapi sakit karena aku udah ngacuhin Sigit. padahal dia yang selama ini udah bantuin aku, udah ngebahagiain aku kalau sedih” Suci terus menangis bersalah. Ara iba melihatnya. Kemudian merangkul Suci.”Sigit dimana sekarang yah, Ra ?”
          “Tenang, Ci. Tenang.”
          “Aku pengen ketemu dia….”
          “Ci, bukan aku sok tau. Tapi dari pengalaman, sepertinya yang kamu dambakan selama ini bukan Putra melainkan Sigit !” Suci langsung tersentak, isakannya langsung berhenti.
          “Kok kamu ngomong gitu sih ?”
          “Cinta nggak bisa bohong, Ci. Coba kamu pikir…selama ini kamu bilang kalau kamu suka ma Putra, iya kan ? tapi itu Cuma ucapan loe doang nggak dengan perasaan ataupun perbuatan.” Jelas Ara, “Malah selama ini, kamu semakin dekat ma Sigit, kamu lebih mau sms-an ma Sigit, lebih banyak bicara tentang Sigit, dan terakhir kamu nangis karena bukan sakit hati oleh Putra, melainkan karena kamu nggak mau kehilangan Sigit.” Suci diam tertunduk. “Suci, lebih baik kita menyayangi orang yang juga menyayangi dan mengerti tentang kita !”lanjutanya, “Pasti kamu ngerti, kan ? kejar.…jangan sampai kamu kehilangan orang yang sudah menyayangi kamu begitu dalam.”
          Sesaat suci menatap Ara.Senyum Suci mulai merekah kembali. “Makasih udah buat aku ngerti, Ra. Makasih !” Ara-pun merangkul Suci kembali.
          “Aku teman kamu dan selamanya teman kamu. Aku bakal ngedukung kamu dan mencarikan yang terbaik buat kamu.”
* * *
Sigit
27 / 07 / 07   20:00
Suci g ap ? Met Ultah yah… af ucapan’a telat.
Suci
27 / 07 / 07  20:05
Gpp kok. Aq seneng bsa dpt ucpan dr Kmu. G ap, Git ?

Sigit
27 / 07 / 07   20:10
Ci, ad swtu yg msti aq omongin ma kmu. Bsok kn mnggu. Bsa qta ktmuan d Bursa buku tpt jm 9 pgi ?
* * *
          “Sigit pagi-pagi mau kemana ? kok dah rapi ?”tanya Mamanya yang keheranan.
          “Sigit mo pergi, Bu. Ada janji ma temen”
          “Pergi ? sama yang diluar nungguin kamu yah ?” tanya Mamanya
          “Diluar ? nungguin ? sapa, Bu ?” Sigit langsung beranjak keluar membuka pintu tamu, dan terperanjat kaget, “Riyanti ?!”
* * *
          Suci membuka-buka buku yang berjejeran didepannya untuk menunggu Sigit di Bursa Buku. Sesekali Suci melirik ke arah pintu masuk Bursa Buku kemudian menatap Jam tangannya.
          “Kok belum datang sih ?” Suci mondar-mandir nggak karuan. “Aku yakin pasti Sigit datang !”
Suci langsung  mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Sigit.
          ‘Hallo ? Git kamu dimana ?’
          ‘Maaf, tunggu sebentar lagi. Aku ada urusan dulu ma Anti. Tapi bentar lagi aku mau berangkat. Aku harap kamu mau nunggu aku’
          ‘Oh…ya udah. Cepetan yah’
          Suci-pun terdiam ketika ponselnya ia tutup.
* * *
          “Ngapain kamu ke sini ?” tanya Sigit.
          “Git, aku kemari mau minta maaf. Setelah aku pikir-pikir aku memang udah nyakitin hati kamu.Sigit, kamu masih mau terima aku kan di hati kamu ?”
* * *
          Dua jam lebih Suci terus menunggu Sigit dengan sedikit gelisah. Masih mondar-mandir kemudian buka-buka buku, sampe buku nak TK pun dia buka.kemudian dia duduk dengan wajahnya yang lesu menatap arah jarum jam.
          “Jam 12 ? hm…apa gini rasanya kehilangan seseorang yang kita sayangi ?” gumamnya, “Aku harus bagaimana ? apa tetap diam menunggu dia, atau pergi membawa kekalahan ?”
* * *
          “Maaf, Ti. Aku bukan yang dulu lagi. Kini aku hanya anggap kamu teman biasa, nggak lebih. “Jawab Sigit. wajah Riyanti memerah.
          “Tapi, Git. Apa nggak ada sedikitpun yang tersisa untuk aku dihati kamu ?”
          “Maaf, Ti. Kini aku harus menjaga seseorang yang lebih berharga di hatiku !.” Tegas Sigit. Riyanti terdiam seolah pasrah mendengarnya.
* * *
          Suci masih menunggunya meski dengan wajah kecut. Matanya menahan airmata yang akan tertumpah. Sesekali terdengar isakkan darinya.
          Suci mengingat masa lalu ketika pertama kali bertemu dengan Sigit. Mereka berdua saling bertengkar karena sering berbeda pendapat setiap kali belajar tapi dari situlah mereka mulai mengenal satu sama lain dan berlangsung menjalin persahabatan.
          “Suci !!” teriak Sigit tergopoh-gopoh menghampirinya. Suci langsung terperanjat dan seketika tersenyum senang melihatnya.”Suci, maaf. Kamu boleh marah sama aku. Aku nggak tepat janji.”
          “Nggak apa-apa kok. Aku tau kamu harus menyelesaikan masalah ma Anti. “Jawab Suci, “Lagipula aku nggak bisa marah sama kamu, Git. Sama sekali nggak bisa marah. Kamu dateng juga aku udah seneng banget !” Sigit langsung menatap Suci dengan heran dan merasa bersalah.
          “Suci…” gumamnya
          “Git, tumben Riyanti kerumah ? pasti kamu balikan ma dia yah ?” tanya Suci dengan menyembunyikan perasaan sedihnya.
          “Suci….” Gumam Sigit kembali
          “Git, selamat yah, dah balikan lagi ma Anti. Pasti kamu seneng banget !” lanjut Suci.
          “Suci, kamu….”
          “Git, udah sore aku nunggu kamu. Kayaknya aku mesti pulang” potong  Suci. “Sekarang Riyanti lebih berharga daripada aku, jadi lebih sering bersama Anti, key !?” Sigit tersentak kaget.
          Dengan langkah kaki berat Suci beranjak meninggalkannya namun tanpa berpikir panjang Sigit langsung menarik lengan Suci dan merangkulnya erat.
          “Jangan pergi !” serunya.”Kamu salah…aku nggak jadian ma Anti. Aku memutuskan untuk meninggalkannya karena aku punya tanggungjawab untuk menjaga seseorang yang lebih berharga dimata aku.” Jelasnya, “Yaitu kamu, Suci. Aku nyuruh kamu datang kesini karena ada yang mesti aku bilang sama kamu. Dan sekarang saatnya aku bilang bahwa aku cinta kamu…”lanjutnya, “Sempat aku putus asa waktu kamu bilang akan berusaha buat deket ma Putra. Tapi aku bangun kembali. Dan berfikir, Meskipun kamu mencintai orang lain, namun tetap aku akan melindungimu.”
          Airmata Suci tak dapat dibendungnya. Suci-pun merangkul Sigit dengan erat, mengabaikan tatapan orang yang melihat mereka dengan haru.
* * *
          “Woi….Cieh…senyam-senyum sendirian !” tegur Ara yang datang menghampiri Suci di kelas.
          “Mang kenapa ? hak aku dong buat senyum sendirian !”
          “Ya…tapi jangan keseringan, ntar disangka udah nggak waras !” kata Ara, “So, apa yang udah buat kamu jadi seneng nih ?”
          “Minggu kemarin bener-bener minggu yang berkesan buat aku, Ra.”
          “Berkesan ? tunggu, tunggu, mangnya ada apa nih ?”
          “Ternyata bener kata kamu,Ra. Dari kedekatan kita dengan seseorang, kita dapat saling memahami dan mengerti sehingga timbullah cinta !”
          “What ?! kamu ?!” ara kaget, “Jadian ma sapa, Ci ? ma Putra ? atau…..” ara langsung melirik seseorang yang tak asing lagi, Sigit. “Dia ?”
          Suci tersenyum malu kemudian mengangguk.
* * *

 Kau datang menggeluyuti pikiranku
Tatapanmu tak mampu menundukkan kepalaku
Tutur katamu selalu menyejukkan hatiku
Dan dirimu selalu ingin ku lindungi
Aku sadar
Ternyata tanpa  disadari
Kau telah memasung hatiku dengan panahmu
Perasaan itu hadir mengubah diriku
Dan aku tak dapat menghindarinya
Karena aku terlanjur jatuh oleh pemasungmu
Dan terlanjur ingin ku miliki
Aku ingin kau tahu
Taman Bathin ku berkata bahwa
Aku Mencintaimu
Suci……
                                                          - Sigit -
* * *

Syukur nikmat-Mu Tuhan


Denting seruling buat ku tak tepi
Cahaya sinari diri di kala kelam sepi
Wajah tampak paksa seri meski hati tak di mengerti
Mengapa dini hari
Ku masih sedih seorang diri ?
Sedang yang lain tertawa dan berbagi

Ah…sungguh bodoh nian…

Allah berikan pikiran
Kenapa ku tak jalan ?
Allah berikan pedoman
Kenapa ku tak lakukan ?


Usaha, ibadah, doa
Itulah dunia
Mutlak surga

Realita



REALITA

Kala mata pandangi Realita
Dengan detik aku menyapa
Yang tlah kusimpan lewat bulan
Harus kulewati jika ingin yang terbaik
Meski kusendiri tergores
Seakan menjolok sarang tabuhan
Akan apa yang kugantungkan dilangit
Karena . . . .
Disitulah tabuh itu bergema
Seakan dapat menjawab harapku